Rabu, 21 Mei 2008

Mengenang Bang Ali ; Tokoh Kontroversial yang Melahirkan Karya Sensasional

Selamat jalan Bang Ali, namamu selalu dikenang..Itulah pentilan lagu yang pernah dilantunkan grup musik Bimbo, ketika Ali Sadikin melepaskan jabatannya sebagai Gubernur Jakarta 1977 silam.

Sebagai seorang gubernur Ali Sadikin memang memang terbilang sukses membangun Jakarta menjadi



kota metropolitan. Buah pikirannya banyak melahirkan proyek spektakuler yang sampai saat ini masih bisa dinikmati warga Jakarta.

Sebut saja misalnya, Taman Ismail Marzuki, Kebun Binatang Ragunan, Proyek Senen, Taman Impian Jaya Ancol, Taman Ria Monas, Taman Ria Remaja, kota satelit Pluit di Jakarta Utara, pelestarian budaya Betawi di kawasan Condet dan lain-lain.

Bukan cuma itu, lelaki kelahiran Sumedang 7 Juli 1927 ini juga mencetuskan pesta rakyat setiap tahun pada hari jadi kota Jakarta, 22 Juni yang popular dengan nama Pekan Raya Jakarta (Jakarta Fair). Bersamaan dengan itu berbagai aspek budaya Betawi dihidupkan kembali, seperti kerak telor, ondel-ondel, lenong dan topeng Betawi dan sebagainya.

Sebagai seorang perwira tinggi KKO-AL (Korps Komando Angkatan Laut), Ali Sadikin memang mempunyai watak dan sikap yang keras. Dengan dasar itulah Presiden Soekarno mempercayainya memimpin Jakarta menggantikan Soemarno pada 1966.

Sebelumnya, suami dari dokter gigi Nani ini pernah menjabat sebagai Deputi Kepala Staf Angkatan Laut, Menteri Perhubungan Laut Kabinet Kerja, Menteri Koordinator Kompartemen Maritim/Menteri Perhubungan Laut Kabinet Dwikora dan Kabinet Dwikora yang disempurnakan di bawah pimpinan Presiden Soekarno.

Meski keras namun Ali Sadikin cukup merakyat. Tak heran jika warga Jakarta begitu mencintainya, hingga dia kerap disapa dengan panggilan akrab Bang Ali. Sebagai gubernur, Bang Ali tak pernah sungkan untuk turun langsung ke lapangan meski harus naik turun kendaraan umum.

Setelah berhenti dari jabatannya sebagai gubernur dan digantikan oleh Tjokropranolo, Ali Sadikin tak pernah berhenti menyumbangkan pikiran-pikirannya untuk pembangunan kota Jakarta dan negara Indonesia.

Hal ini membawanya kepada posisi kritis sebagai anggota Petisi 50, sebuah kelompok yang terdiri dari tokoh-tokoh militer dan swasta yang kritis terhadap pemerintahan Soeharto kala itu.

'Langkah kontroversial kerap melahirkan hasil sensasional.' Kalimat itu pernah diucapkan Ayah penulis, pada satu kesempatan ketika kami mendiskusikan buku biografi Bang Ali.

Tak bisa kita pungkiri, langkah kontroversial Bang Ali melegalkan tempat perjudian, mengembangkan hiburan malam serta membangun komplek lokalisasi Kramat Tunggak, memang menghasilkan karya sensasional.

Lewat pajak yang tinggi dari tempat-tempat tersebutlah, Jakarta bisa menjadi kota metropolitan.

Sosok Bang Ali kini telah pergi. Dia menghembuskan nafas terakhirnya di Singapura Selasa 20 Mei 2008, ketika bangsa ini sedang mengobarkan semangat 100 tahun Kebangkitan Nasional. Selamat Jalan Bang Ali...(Berita8.com)

baca selengkapnya......
Your Ad Here